Bermacam peristiwa besar tergelar hingga tercatat bukan hanya dalam
tinta emas tapi menjadikan sejarah yang memiliki arti. Tak kecuali yang
berlaku dalam sejarah musik pop. Saat The Beatles tampil di Cavern CLub
(1962), Bob Dylan di Newport (1965), Jimi Hendrix di Woodstock (1969)
adalah antara lain peristiwa-peristiwa itu, dan saat Nirvana merilis
album In Utero, pada September 1993, kata seorang eksekutif dari Geffen
Record. In Utero? Kenapa justru nggak saat Nirvana merilis album
Nevermind (Oktober 1991) yang laris jutaan copies itu?
Nevermind memang jadi pembuka jalan. Tapi In Utero jadi bukti. Bukti bahwa Grunge (baca:granch) sebagai alternatif rock punya nilai jual sama tinggi dengan corak musik lainnya dalam industri musik dekade ini. Terjual diatas 3 juta copies (di pasar Amerika saja, Juni’94), In Utero jadi bukti, bahwa grunge bukan hanya geraman sesaat. Tapi makin melaju, menggerung tak terbendung sepak terjangnya di blantika rock dunia. Grunge “mahluk” apa ini?
layaknya musik, tak satupun definisi yang bisa mematok arti sebenarnya dari grunge ini. Ia bisa berarti sesuatu yang seenaknya, ketidakteraturan, antipola, bahkan kesederhanaan, atau malah bunyi memekakan laksana teriakan babi?
Apalah mau disebut. Toh semua bisa saja dipaskan. Yang pasti, grunge jadi salah bentuk yang mengemohi kemapanan dalam pergaulan rock. Ia menawarkan pilihan lain dari sebangsanya hardrock, heavymetal yang dianggap sudah kelewat kuno. bahkan sementara punk rock yang dianggap sudah kehilangan semangat. Dan datanglah grunge memberi alternatif.
“AWALNYA ADALAH BUNYI, DAN JADILAH MUSIK. AWALNYA ADALAH PERISTIWA, DAN JADILAH SEJARAH”
Sebagian literatur menyebutkan grunge lahir sejak era jayanya punk ditahun 70-an dan bermuara di Minneapolis, dan sejak tahun 80-an mulai bergerak kekawasan pantai barat laut (northwest) Amerika.
Dengan musik nyaris minus sound effect, kecuali suara gitar yang sangat kasar, musik grunge dinilai banyak kritisi musik tak lebih dari Rock n’Roll minus attribut. Apakah attribut yang dimaksud adalah jaket kulit, rambut kaku ber-hair spray, kalung gelang metal, kostum mengkilat, atau lampu warna warni dan kembang api di panggung konser?
Mungkin iya. Tapi, grunge toh nggak lahir dengan sendirinya. Ia bisa tidak sama dengan hardrock atau heavymetal. Namun dia adalah anak dari hardrock era 70-an (diantaranya musik yang dibawakan macam KISS, Black Sabath, AC/DC pada saat itu) yang berpasangan dengan punk rock (diantaranya seperti yang diusung Sex Pistols atau Ramones).
Pengertian model begini, mungkin jadi lebih gampang diterima. Karena melacak jejak berdasarkan sejarah perjalanan mungkin lebih memperjelas. Toh tak satupun musik yang mau di-kubu-kan, atau dikotak-kotakkan. Tapi yang kemudian jadi pertanyaan dengan tanda tanya besar, apakah setelah grunge menjadi genre tersendiri, atau setelah grunge menjadi salah satu roda penggerak industri musik, masihkah juga pantas sebagai alternatif?
Layangkan saja pandangan ke Seattle dinegara bagian Washington sana. Pasang saja telinga mulai dari kawasan pantai barat sampai dengan ke west coast di Amerika sana. Siapa yang bisa menyangkal besarnya grunge. Hingga ia pun -suka atau tidak- sudah menjadi pola, melahirkan keteraturan. Dan NIRVANA memang tidak sendiri.
Sekedar menyebut nama Pearl Jam, Alice In Chains, Soundgarden, Mudhoney adalah mereka yang telah mengecap manisnya madu industri musik lewat musik ini. Dan Seattle pun maki sah saja jadi kiblatnya grunge. Seperti menyebut hal yang sama dengan Nashville untuk country, New Orleans untuk blues atau hardrock/heavymetal untuk LA.
Pdahal ketika tahun ’88 saat Mudhoney merilis single Touch Me I’m Sick, cuma 2 bar dan 1 klab kecil di Seattle yang mau memutarnya. Artinya, Seattle sendiri belum bisa menerima musik semodel yang diusung Mudhoney.
Kondisi seperti ini tentu saja bikin ngeri sebagian rocker di Seattle. Makanya mereka pun hijrah dari Seattle. Sebut aja The Blackouts, group yang mengusung punkrock ini cabut ke chicago dan di kemudian hari dikenal dengan Ministry. Lantas gitaris Duff Mckagan keluar dari Ten Minute Warning, dan berangkat ke Los Angeles, lantas mengkilap sebagai pembetot bas Guns N’Roses.
Tapi itu semua kisah lama dan semua berubah dengan cepat. Seattle jadi tujuan utama banyak group-group rock asal LA datang ke kota itu.Jangan ditanya kiprah media massa khusus musik, mereka mengakat profil Seattle sebagai laporan utamanya,dan akhirnya banyak perusahaan-perusahaan rekaman besar, jaman perburuan emas pun sudah dimulai.
Dan istilah baru pun lahir “Seattle Sound”. Inilah istilah yang menunjuk pada warna musik rock yang diusung grup-grup asal atau jadi besar di Seattle.
Karakteristik Seattle sound inilah aplikasi dari grunge (yang juga merupakan istilah) bahkan dengan garis batas yang nyaris makin besar hingga hampir semua grup digolongkan mengusung Seattle sound. Mau diang yang bernama The Melvins, Ten Minute Warning, U-Men, Soundgarden, Skin Yard, Screaming Trees, TAD, Nirvana, Mudhoney, Mother Love Bone, Alice In Chains, Pearl Jam, Hole, dan masih banyak lagi tuh.
Tapi lembaran awal grunge sebetulnya dibuka oleh Jimi Hendrix,â€klaim satu literatur. Yeah, mungkin saja. Yakni ketika Hendrix masih berumur 11 tahun (1953), saat itu ia menyiram cairan ke sekujur gitar dan menyetel volume amplifier sampai ke angka maksimum.
Namun tabir blantika grunge mulai terbuka pada tahun 1986, ketika album kompilasi Deep Six dirilis. Di album itu tampil antara lain Soundgarden, Green River, juga The Melvins. Kami main bareng, kami bincang-bincang, apa yang kami suka juga yang kami benci,†kenang Chris Soundgarden Cornell.
*source:hai magazine
Nevermind memang jadi pembuka jalan. Tapi In Utero jadi bukti. Bukti bahwa Grunge (baca:granch) sebagai alternatif rock punya nilai jual sama tinggi dengan corak musik lainnya dalam industri musik dekade ini. Terjual diatas 3 juta copies (di pasar Amerika saja, Juni’94), In Utero jadi bukti, bahwa grunge bukan hanya geraman sesaat. Tapi makin melaju, menggerung tak terbendung sepak terjangnya di blantika rock dunia. Grunge “mahluk” apa ini?
layaknya musik, tak satupun definisi yang bisa mematok arti sebenarnya dari grunge ini. Ia bisa berarti sesuatu yang seenaknya, ketidakteraturan, antipola, bahkan kesederhanaan, atau malah bunyi memekakan laksana teriakan babi?
Apalah mau disebut. Toh semua bisa saja dipaskan. Yang pasti, grunge jadi salah bentuk yang mengemohi kemapanan dalam pergaulan rock. Ia menawarkan pilihan lain dari sebangsanya hardrock, heavymetal yang dianggap sudah kelewat kuno. bahkan sementara punk rock yang dianggap sudah kehilangan semangat. Dan datanglah grunge memberi alternatif.
“AWALNYA ADALAH BUNYI, DAN JADILAH MUSIK. AWALNYA ADALAH PERISTIWA, DAN JADILAH SEJARAH”
Sebagian literatur menyebutkan grunge lahir sejak era jayanya punk ditahun 70-an dan bermuara di Minneapolis, dan sejak tahun 80-an mulai bergerak kekawasan pantai barat laut (northwest) Amerika.
Dengan musik nyaris minus sound effect, kecuali suara gitar yang sangat kasar, musik grunge dinilai banyak kritisi musik tak lebih dari Rock n’Roll minus attribut. Apakah attribut yang dimaksud adalah jaket kulit, rambut kaku ber-hair spray, kalung gelang metal, kostum mengkilat, atau lampu warna warni dan kembang api di panggung konser?
Mungkin iya. Tapi, grunge toh nggak lahir dengan sendirinya. Ia bisa tidak sama dengan hardrock atau heavymetal. Namun dia adalah anak dari hardrock era 70-an (diantaranya musik yang dibawakan macam KISS, Black Sabath, AC/DC pada saat itu) yang berpasangan dengan punk rock (diantaranya seperti yang diusung Sex Pistols atau Ramones).
Pengertian model begini, mungkin jadi lebih gampang diterima. Karena melacak jejak berdasarkan sejarah perjalanan mungkin lebih memperjelas. Toh tak satupun musik yang mau di-kubu-kan, atau dikotak-kotakkan. Tapi yang kemudian jadi pertanyaan dengan tanda tanya besar, apakah setelah grunge menjadi genre tersendiri, atau setelah grunge menjadi salah satu roda penggerak industri musik, masihkah juga pantas sebagai alternatif?
Layangkan saja pandangan ke Seattle dinegara bagian Washington sana. Pasang saja telinga mulai dari kawasan pantai barat sampai dengan ke west coast di Amerika sana. Siapa yang bisa menyangkal besarnya grunge. Hingga ia pun -suka atau tidak- sudah menjadi pola, melahirkan keteraturan. Dan NIRVANA memang tidak sendiri.
Sekedar menyebut nama Pearl Jam, Alice In Chains, Soundgarden, Mudhoney adalah mereka yang telah mengecap manisnya madu industri musik lewat musik ini. Dan Seattle pun maki sah saja jadi kiblatnya grunge. Seperti menyebut hal yang sama dengan Nashville untuk country, New Orleans untuk blues atau hardrock/heavymetal untuk LA.
Pdahal ketika tahun ’88 saat Mudhoney merilis single Touch Me I’m Sick, cuma 2 bar dan 1 klab kecil di Seattle yang mau memutarnya. Artinya, Seattle sendiri belum bisa menerima musik semodel yang diusung Mudhoney.
Kondisi seperti ini tentu saja bikin ngeri sebagian rocker di Seattle. Makanya mereka pun hijrah dari Seattle. Sebut aja The Blackouts, group yang mengusung punkrock ini cabut ke chicago dan di kemudian hari dikenal dengan Ministry. Lantas gitaris Duff Mckagan keluar dari Ten Minute Warning, dan berangkat ke Los Angeles, lantas mengkilap sebagai pembetot bas Guns N’Roses.
Tapi itu semua kisah lama dan semua berubah dengan cepat. Seattle jadi tujuan utama banyak group-group rock asal LA datang ke kota itu.Jangan ditanya kiprah media massa khusus musik, mereka mengakat profil Seattle sebagai laporan utamanya,dan akhirnya banyak perusahaan-perusahaan rekaman besar, jaman perburuan emas pun sudah dimulai.
Dan istilah baru pun lahir “Seattle Sound”. Inilah istilah yang menunjuk pada warna musik rock yang diusung grup-grup asal atau jadi besar di Seattle.
Karakteristik Seattle sound inilah aplikasi dari grunge (yang juga merupakan istilah) bahkan dengan garis batas yang nyaris makin besar hingga hampir semua grup digolongkan mengusung Seattle sound. Mau diang yang bernama The Melvins, Ten Minute Warning, U-Men, Soundgarden, Skin Yard, Screaming Trees, TAD, Nirvana, Mudhoney, Mother Love Bone, Alice In Chains, Pearl Jam, Hole, dan masih banyak lagi tuh.
Tapi lembaran awal grunge sebetulnya dibuka oleh Jimi Hendrix,â€klaim satu literatur. Yeah, mungkin saja. Yakni ketika Hendrix masih berumur 11 tahun (1953), saat itu ia menyiram cairan ke sekujur gitar dan menyetel volume amplifier sampai ke angka maksimum.
Namun tabir blantika grunge mulai terbuka pada tahun 1986, ketika album kompilasi Deep Six dirilis. Di album itu tampil antara lain Soundgarden, Green River, juga The Melvins. Kami main bareng, kami bincang-bincang, apa yang kami suka juga yang kami benci,†kenang Chris Soundgarden Cornell.
Begitu bebas, begitu lepas, itulah cerminan yang terpantul dari sikap bermusik para pengusung grunge. Termasuk menempatkan bermusik sebagai hobi belaka bukan untuk merangguk uang. Artinya mereka cukup senang jika masuk rekaman lalu diedarkan oleh perusahaan rekaman kecil dan tidak peduli mau laku atau tidak.Tapi perjalanan waktu pun membuat keropos tiang-tiang prinsip. Sebagian pengusung grunge mulai yakin bahwa musik bisa menjadi penopang hidup. Seperti yang diproklamirkan pertama kali oleh Jeff Ament, Stone Gossard, dan Andy Wood. Namun komunitas rock di Seattle tak gentar. Mereka lantas memproduksi album memori Temple of the Dog. Di album ini pun hadir Chris Cornell, teman sekamarnya Wood. Oh…ya, Jeff Ament dan Stone Gosard di kemudian hari berkibar lewat Pearl Jam.
“AWALNYA ADALAH POPULARITAS, DAN JADILAH NIRVANA YANG TERATAS. AWALNYA ADALAH PUTUS ASA, DAN JADILAH KURT COBAIN MELEDAKAN KEPALA”Kurt Cobain gitaris, vokalis sekaligus tonggak Nirvana ditemukan tewas 8 April 1994 sekitar pukul 9 pagi dirumahnya di Seattle. Dan bendera setengah tiang pun dikibarkan dipuncak grunge. bahkan bisa jadi untuk blantika musik pop dunia. Tapi, Seattle Sound tak akan pernah redup, grunge tak akan berhenti menggerung. Elo semua boleh percaya itu !!
*source:hai magazine
0 komentar:
Posting Komentar